PT Regio Aviasi Industri (RAI), PT Ilthabi Rekatama,
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan PT Eagle Capital milik BJ Habibie akan
berencana untuk bersama-sama membangun pesawat komersial R80.
Ilham Habibie, sebagai Komisaris PT RAI,
perusahaan rancang bangun dan subkontraktor pesawat terbang yang juga anak BJ
Habibie, mengatakan, pesawat canggih ini akan diproduksi di Jabar.
Rencananya, kata Ilham, pembuatan pesawat yang diberi
nama Regio Prop 80 (R80) akan melibatkan PT DI dan Pemprov Jabar.
Menurut Ilham, dalam pertemuan di Gedung Pakuan pada September 2014 lalu, telah
dibahas komposisi saham dalam pembuatan pesawat R80 tersebut.
Fase Pembuatan, Disain dan Rancang Bangun
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI Andi Alisyahbana mengatakan, fase pertama proyek ini adalah tahap konfigurasi. Pada tahap ini akan dipastikan soal jumlah penumpang karena menyangkut segmen pasar.
“Pertama konfigurasi, yaitu menentukan jumlah
penumpang, apakah sayap mau atas bawah. Rasanya akan menuju 80 penumpang,”
katanya usai acara penyerahan helikopter Dauphin pesanan Basarnas di Lanudal
Pondok Cabe Tangerang Selatan, Selasa (18/2/2014).
Andi menjelaskan, dari sisi pasar untuk pesawat R80
belum memiliki pesaing. Saat ini, tidak ada produsen pesawat di dunia yang
bermain pada kelas 80 penumpang.
“Kalau ATR juga kapasitasnya tidak sampai 80 orang.
Kita masuk di pasar yang belum ada pemainnya,” terangnya.
R80 cabin
arrangement
Selanjutnya, pada fase kedua PT DI dan PT RAI akan
masuk ke tahap desain awal. Targetnya prosesnya dimulai tahun 2015. “Habis itu,
preliminary design, bentuknya nanti mau gimana. Itu Insya Allah kita mulai
tahun depan, karena ini tergantung dana,” jelasnya.
Tahap terakhir, PT DI dan PT RAI akan memasuki fase
terberat yaitu detail design. Fase ini nantinya akan masuki tahap pembuatan
purwarupa (prototype) hingga sertifikasi pesawat. Pesawat N250 menurutnya telah
berwujud prototype namun belum mengantongi sertifikasi kelaikan terbang dari
lembaga internasional.
“Paling berat nanti detail design, nanti membuat
prototype,” jelasnya. Harapannya pesawat bermesin turboprop ini bisa dijual ke
publik mulai tahun 2020. Namun syaratnya proses pembiayaan pengembangan pesawat
ini berjalan lancar.
“Kalau nanti R80 jadi, yang penting pendanaan, kalau
PT DI siap semuanya. Kalau dengan RAI berarti dari swasta, mereka pemilik
program, kami sebagai kontraktor saja,” jelasnya. Seperti diketahui, Mantan
Presiden BJ Habibie memiliki keinginan dan mimpi besar memajukan industri
dirgantara di Tanah Air.
R80 Program
Spesifikasi R-80
Berikut ini adalah spesifikasi dari pesawat R80:
Number of Passenger: 80 – 92 Pax
Speed :
– Economical Speed 290 Knots
– Maximum Speed 330 Knots
– Economical Speed 290 Knots
– Maximum Speed 330 Knots
Range
– Design Range at 7600 kg Payload 800 Nm
– Range at maximum Payload 8,780 kg 400 Nm
– Design Range at 7600 kg Payload 800 Nm
– Range at maximum Payload 8,780 kg 400 Nm
Payload
– Design Payload at 800 Nm 7600 Kg
– Maximum Payload at 400 Nm 8780 Kg
– Design Payload at 800 Nm 7600 Kg
– Maximum Payload at 400 Nm 8780 Kg
Altitude
– Maximum Cruising Altitude 25,000 Ft
– OEI Altitude 17,500 Ft
– Maximum Cruising Altitude 25,000 Ft
– OEI Altitude 17,500 Ft
Field Performance
– Take Off Field Length, ISA, SL 4,500 Ft
– Landing Field Length, ISA, SL 4,500 ft
– Take Off Field Length, ISA, SL 4,500 Ft
– Landing Field Length, ISA, SL 4,500 ft
Propulsion
– Twin Turboprops 4,600 Shp
– Propeller Diameter, 6 Blades 13,5 Ft
– Twin Turboprops 4,600 Shp
– Propeller Diameter, 6 Blades 13,5 Ft
Weight
– Maximum Take Off Weight 27,500 Kg
– Operating Empty Weight 16,900 Kg
– Maximum Take Off Weight 27,500 Kg
– Operating Empty Weight 16,900 Kg
R80 Three
View Drawing
Penyempurnaan dari N250
Menurut BJ Habibie yang mantan Presiden ke-3 Republik
ini, Pesawat R80 tersebut merupakan revolusi dari pesawat pada tahun 1995 lalu
yaitu N250.
Namun secara teknologi sudah jauh lebih canggih.
Secara by pass rasio 40 dan bisa lebih hemat bahan bakar mencapai 30
persen. Pesawat ini juga dapat dikendalikan secara elektronik atau dikenal
istilah fly by wire.
Selain itu, baling-baling yang ada di sayap juga
termasuk teknologi baru, karena dapat menentukan antara angin dingin dan angin
panas yang dihasilkan dari mesin.
Dengan teknologi-teknologi ini, maka pesawat dapat
melaju dengan kecepatan jauh lebih tinggi, namun tetap efisien.
R80 Cabin
Sedangkan Presiden Direktur PT Ilthabi Rekatama, Ilham
Habibie juga menyebut pesawat ini adalah penyempurnaan dari N250 rancangan
bapaknya itu. Pesawat R80 ini sekitar 70 persen berbeda dengan pesawat N250.
“Misalnya, badan pesawat lebih besar dengan jumlah
kursi bertambah dari 60-80 menjadi 80 kursi, mesin dan sistem pengendalian juga
beda,” kata dia.
“N250 itu dikembangkan untuk 50-60 penumpang, kalau
R80 ini untuk 80-90 penumpang dan secara teknologi sangat berbeda, misalkan handphone
saja buatan 1998 sama yang 2014 tentu sudah pasti beda, sehingga R80 akan ada
perubahan drastis secara teknologi,” ungkapnya.
Masih menurut Ilham, penggunaan bahan bakar pesawat
anyar ini diharapkan lebih ekonomis dibandingkan pesawat lainnya yang biasanya
menghabiskan 50 persen bahan bakar. “Kami harap ini lebih hemat karena faktor
terbesar dari industri bergantung pada bahan bakar,” ujar Ilham.
R80 Flight
Deck Design
RAI memulai proyek perdananya dengan mengembangkan
pesawat komuter sipil regional R80. Pesawat berkapasitas 80-90 penumpang yang
didesain dengan baling-baling turbo untuk mengurangi konsumsi bahan bakar
tersebut diperkirakan akan dijual sekitar US$ 25 juta per unitnya, atau setara
Rp. 250 miliar (jika kurs US $1 = Rp IDR 10.000).
Ia mengungkapkan, bahwa harga tersebut belum pasti
karena RAI memang belum fokus dalam penjualan, tetap masih fokus dalam feasibility
studies dan preliminary design. Namun, dari segi harga R80 jauh
lebih murah dibandingkan pesawat sejenis buatan Eropa yang harganya berkisar
US$ 3 miliar.
“Dalam merancang pesawat, kami memakai dua pendekatan,
yaitu user atau customer requirement. Kami dekati pelanggan,
mereka butuhnya pesawat yang seperti apa. Kami desain sesuai kebutuhan. Poin
kedua adalah safety. Pelanggan harus diutamakan,” tuturnya.
Perlu diketahui pula, bahwa sebelum ini Indonesia
sudah membuat pesawat komersil, dan bukan N-250 yang terbang ditahun 1995 lalu.
Namun ini adalah pesawat N219 yang mampu mengangkut penumpang sebanyak 19
orang, memiliki potensi yang besar di Indonesiadan sudah mengantongi lebih dari
100 pesanan.
N-219 adalah pesawat multi fungsi
bermesin dua yang dirancang oleh Dirgantara Indonesia (D.I.) dengan tujuan
untuk dioperasikan di daerah-daerah terpencil.
Pesawat yang dibuat dengan memenuhi persyaratan FAR 23
ini dirancang memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan juga pintu
fleksibel.
Selain itu, pesawat ini terbuat dari logam dan
dirancang untuk mengangkut penumpang maupun kargo. (baca: Pesawat N-219 Buatan Indonesia, Sudah
Kantongi 100 Pesanan)
BJ Habibie sempat menerbangkan pesawat asli buatan
Indonesia yaitu N250 pada tahin 1995 persis saat Indonsia telah merdeka selama
50 tahun, namun dalam proses pengembangan dan menuju sertifikasi gagal, karena
proyeknya dihentikan atas rekomendasi IMF (lihat video dibawah). Ia masih
menjaga mimpinya untuk melihat pesawat asli buatan anak bangsa terbang dan
digunakan maskapai tanah air dan dunia, dengan membuat R80.
Pesawat itu akan diproduksi PT Dirgantara Indonesia
layaknya pesawat terdahulu. Selain ahli yang sudah terpercaya, secara alat juga
sudah sangat memadai. “Kerja sama ini juga bertujuan mengembalikan kejayaan PT
DI sebagai pembuat pesawat terbang,” ucap Ilham.
Menristek:
Indonesia Akan Produksi Pesawat N219, N245 dan N270
CN-235NG-Jika N-219 model pesawatnya telah sering
dipamerkan, maka pesawat N-245 diperkirakan sebagai CN-235NG sedangkan N-270
diperkirakan merupakan pengembangan dari pesawat N-250. Menteri Riset dan
Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, mengatakan, Indonesia akan memproduksi pesawat
N219 pada 2014.
“Tahun 2012 lalu masih dalam tahap desain, kemudian
2013 dibuatkan prototype dan 2014 akan diproduksi,” ujar Menristek dalam
lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional di Jakarta.
Pesawat yang mempunyai kapasitas 19 penumpang
tersebut, akan melayani wilayah pegunungan dan sulit dijangkau. Pesawat N219
adalah pesawat yang mempunyai dua baling-baling dan hanya membutuhkan landasan
500 meter.
Ketiga jenis
pesawat buatan Indonesia: N-219 N-245 dan N-270
Tapi jika dilihat dari rencananya, pesawat R80 tak
disebutkan dalam perencanaan ini. Mungkinkah R80 adalah nama tak resmi dari
N-270? Bisa saja, karena pesawat itu belum dibuat, belum diuji coba, apalagi
mendapat sertifikat.
Mirip semua pesawat-pesawat di dunia, pada saat
pesawat mengudara atau belum dapat sertifikasi, akan mengubah namanya terlebih
dahulu, misal X-80 singkatan ‘X’ sebagai singkatan dari “X-periment”, atau ‘P’
singkatan dari “Prototype” mungkinkah ‘R’ berarti baru “Rancangan”?
Namun yang jelas, jika pesawat R80 ini sudah mengudara
dan mendapat pengakuan sertifikat dari beberapa negara, Indonesia akan semakin
sejajar dengan negara-negara maju dalam teknologi aviasi atau kedirgantaraan.
(tribunnews/
detik/ sinarharapan/ berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar